November 05, 2016

Siapkan Diri Kamu Sebelum Menikah

Tahap tertinggi dalam sebuah perjalanan cinta antara sepasang kekasih adalah ketika memasuki gerbang pernikahan. Setelah menjalani masa pacaran sekian waktu, setelah mengenal satu sama lain, maka menikah adalah babak baru dari masa percintaan itu. Itu untuk membuktikan bahwa cinta dirajut akan membawa pada salah satu tujuan dari pernikahan yaitu bahagia.



Ironisnya, walaupun merasa sudah siap untuk menyambut pintu kebahagiaan itu karena telah yakin dengan pasangan satu sama lain, tapi kamu tetap harus mempersiapkan segala sesuatunya lebih dahulu. Artinya, kalau kamu berpikir pernikahan adalah sesuatu yang indah dan selalu menghadirkan kebahagiaan, lebih baik tepis pikiran itu untuk sementara. Sebab berumahtangga sama sekali tidak sama dengan berpacaran yang sudah dilalui sebelumnya, karena ada komitmen dan tanggungjawab yang akan kamu pikul nantinya.

Jadi, persiapan seperti apa yang kamu harus lakukan sebelum mengambil langkah untuk berlabuh di atas bahtera rumahtangga bersama pasangan kamu? Apakah kamu benar-benar sudah yakin bahwa kamu mampu membuat pasanganmu bahagia dan menjadi bahagia dengan pasanganmu? Pertanyakan hal itu kepada dirimu sendiri.

Untuk dapat membantumu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, mari kita lihat seberapa jauh persiapan yang sudah kamu lakukan untuk memantapkan hati menuju ikatan agung yang disebut sebagai pernikahan.
1. Mental
Hal yang paling utama kamu persiapkan adalah mental. Masing-masing pasangan harus memiliki kesiapan mental, karena sekali lagi, pernikahan tidak sama dengan berpacaran. Setelah menikah, kehidupanmu akan kamu mulai berdua dengan pasanganmu. Jadi pernikahan itu berat, harus gotong royong, mengutamakan kebersamaan, dan saling mengalah satu sama lain. 
Jika salah satu masih bersikap egois dan menang sendiri saat berpacaran, lebih baik kontrol dulu emosi kamu sebelum semuanya terlambat. Kamu akan mengalami masalah yang sebelumnya tidak pernah kamu alami. Pertengkaran yang tidak pernah kamu alami sebelumnya dengan pasangan. Juga tekanan yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya.
2. Kedewasaan
Selain kesiapan mental, kamu juga harus memastikan dirimu sudah cukup dewasa hidup bersama dan mampu bersikap sebagai pasangan sehidup semati. Kedewasaan di sini dapat diartikan sebagai tindakan maupun pikiran. Ada target hidup yang harus kamu selaraskan bersama pasanganmu. Otakmu akan dituntut berpikir lebih cepat dalam hal pengambilan keputusan tanpa didasari tendensi egosentris kamu sendiri.
Bagi laki-laki utamanya, kamu harus memiliki sifat yang setidaknya lebih dewasa dari pasanganmu. Karena kamu adalah kepala keluarga. Sementara bagi perempuan, kamu harus bijak dan dewasa mengatur segala keuangan rumah tangga. Jika kamu masih suka jajan dan belanja barang-barang yang kurang bermanfaat, maka akan mengganggu kestabilan rumah tangga. Kamu harus belajar memahami kondisi suami kamu, karena kehidupan saat itu tidak sebatas milikmu seorang. 
3. Pertanggungjawaban 
Sebagai kepala keluarga, laki-laki sudah seharusnya bisa diandalkan oleh pasangannya, salah satunya dalam hal pertanggungjawaban. Diandalkan juga bisa bersifat materi, kamu harus mampu memenuhi kehidupan rumah tangga. Atau bisa diandalkan dari segi sikap, misalnya kamu inisiatif bilamana ada pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh istri, maka tanpa perlu diingatkan kamu berusaha mengerjakan sendiri atau mengerjakan berdua sesuai porsi masing-masing.  
Sementara bagi perempuan, kamu harus mampu menghargai hasil usaha pasanganmu. Buat dia merasa bangga dengan usahanya sendiri. Sebab, walaupun pekerjaan yang dilakukan pasanganmu masih kurang memuaskan, namun selama ia berusaha mengerjakan tugasnya, artinya dia tetap berusaha untuk membahagiakanmu. Buat pasanganmu merasa bahwa hanya kamu yang paling berharga di dunia ini.
4. Ketegasan 
Baik laki-laki maupun perempuan harus tegas dalam menghadapi dunia pernikahan. Khusunya perempuan, saat kamu memutuskan menikah dengan laki-laki pilihanmu, maka semuanya harus kamu prioritaskan pada suami, bukan lagi kepada orangtua. Biasanya, perempuan masih cenderung berpihak ke orangtua ketimbang suami. Yang harus kamu tegaskan bahwa suami telah memiliki kuasa penuh padamu.  
Namun dalam kondisi seperti itu, buat kamu yang laki-laki, jangan serta-merta merasa bisa berbuat semena-mena pada istrimu. Sebab ketegasan bukan berarti diikutkan dengan kekerasan, baik kekerasan secara mental apalagi secara fisik. Tegaskan ke istrimu, bahwa saat ini sebagian besar hidupnya telah berada di atas tanganmu (usahamu). 
5. Materi 
Walaupun materi sebagai persiapan yang terakhir, tapi materi tetap menjadi bagian yang cukup penting ketika kamu sudah siap menikah bersama pasanganmu. Bukan berarti pula kamu harus kayak lebih dulu sebelum menikah. Tidak ada aturan menikah harus punya rumah dulu, mobil pribadi, atau pekerjaan menetap. Yang penting masing-masing sudah tahu cara menghasilkan uang dengan cara yang baik dan tentunya halal. 
Misalnya laki-laki, tetap harus punya pekerjaan, walau belum menetap, asalkan tidak menganggur. Juga tidak larangan perempuan sebagai istri untuk bekerja, tapi utamakan pasanganmu harus memiliki penghasilan. Karena dari sini laki-laki sebagai pemimpin dapat menuntaskan kewajiban sebagai seorang suami, yaitu menafkahi istri.
Seperti itulah lima hal yang kudu' kamu miliki sebelum mantap melaju ke pelaminan dengan pasanganmu. Meskipun kenyataannya, tidak semua orang memiliki setiap poin di atas. Tergantung pada masing-masing individu. Terkadang semuanya dapat dilakukan jika sudah dijalani. At least, ada kemauan dan keikhlasan dalam berumahtangga, serta keyakinan bahwa kamu adalah teman hidup yang tepat untuk pasanganmu.