March 23, 2016

Hakikat Keberadaan Anak Di Dalam Rumah Tangga

Setiap pasang suami istri selalu mendambakan hadirnya buah hati di antara mereka sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan rumah tangga. Dorongan untuk memiliki anak bukan sekedar tuntunan agama, tapi juga menjadi salah satu tujuan dari sebuah pernikahan. Bahkan akan terjadi kegersangan dan kehampaan bila suatu keluarga lama atau tidak dikaruniai anak sama sekali.


Jadi seperti apakah hakikat kehadiran anak dalam sebuah rumah tangga? Kenapa kehadiran buah hati sangat dinantikan oleh setiap pasang suami istri, bahkan bila rumah tangga mereka baru saja mereka jalin? Berikut lima hal yang menunjukkan pentingnya kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga.

1. Pelanjut nasab atau penerus generasi

Ada istilah bahwa menjadi satu keluarga berarti menjadi ‘satu daging’. Satu daging hanyalah istilah untuk menyatakan bahwa pasangan suami istri telah bersatu dan tidak akan pernah terpisahkan. Hasil dari satu daging ini diwujudkan dengan adanya anak-anak. Artinya, menjadi satu bukan berarti tidak berkembang.

Salah satu tujuan berkeluarga adalah untuk melanjutkan generasi. Antara suami dan istri menginginkan hadirnya anak-anak dalam mahligai rumah tangga mereka agar akan ada yang melanjutkan nasab mereka dan melanjutkan nama keluarga yang mereka bangun saat ini. Bahkan bila suatu keluarga tidak dikaruniai anak-anak, hal itu akan menjadi aib bagi suami dan istri, karena dianggap tidak mampu memberikan hasil. Tidak mampu memberikan anak yang akan menjadi pelanjut generasi. Sehingga setiap keluarga selalu punya dorongan untuk berusaha menghadirkan anak dalam rumah tangga mereka.

2. Penguat hubungan kasih sayang

Hadirnya seorang anak, putra dan putri, dipercaya mampu memperkuat hubungan kasih sayang antara suami dan istri. Memang sebagian besar pasangan akan dilanda keraguan, kekhawatiran, bahkan ketakutan saat memiliki anak. Karena memiliki anak bukanlah perkara yang muda. Mulai dari merawat, menjaga, mendidik, hingga membesarkan.

Namun bagi pasangan yang paham tentang hakikat ini, akan mulai mempersiapkan diri masing-masing. Tidak hanya itu, mereka akan semakin belajar memahami posisi pasangan mereka masing-masing. Suami akan belajar memahami tugas dan beban istrinya ketika menjadi seorang ibu, dan istri akan belajar memahami tugas dan beban suaminya saat menjadi seorang bapak. Sehingga bukan tidak mungkin dari sini kasih sayang di antara keduanya akan semakin besar. Suami ketika pulang kerja akan segera bergegas ke rumah karena rindu bertemu buah hatinya dan sang istri akan rela mengorbankan segala waktunya untuk tetap berada dekat dengan anaknya.

Bahkan anak juga bisa menjadi ‘ikatan mati’ dalam pernikahan. Pada kebanyakan kasus pertengkaran antara suami dan istri, mereka akan berpikir berulang kali bila hendak mengambil keputusan fatal yaitu berpisah (bercerai), bila mereka sadar mereka sudah punya anak yang harus mereka rawat dan besarkan. Keduanya akan didorong kesadaran tanggungjawab mereka sebagai orangtua. Atau bila memang bercerai, anak pula lah yang menjadi jembatan silaturahmi agar keduanya tetap bertemu, walau alasannya hanya untuk menemui anak mereka.

Karena itu, tidak jarang pula perceraian bisa terjadi dilatarbelakangi karena pasangan suami istri tersebut tidak mampu memberikan anak. Apalagi bila salah satu menunda memiliki anak dan yang lain sangat menginginkannya, maka pasangan itu akan sering merasa gelisah dan tidak tenang setiap hari, kecuali bila keputusan untuk tidak memiliki anak sudah disepakati bersama terlebih dahulu.

3. Motivasi untuk semakin giat bekerja dan belajar

Dengan adanya anggota baru (anak-anak) dalam sebuah keluarga, tentu seorang suami akan berusaha semakin giat bekerja untuk mendapat tambahan penghasilan materi. Begitu pula seorang istri yang awalnya tidak bekerja, akan mulai resah dan khawatir dengan penghasilan suaminya tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka ketika mereka sudah memiliki anak-anak. Maka dengan adanya anak-anak, akan menjadi dorongan moral dan motivasi agar pasangan suami istri yang akan menjadi orangtua bisa meningkatkan taraf ekonomi kehidupan keluarga mereka.

Selain berusaha lebih giat untuk bekerja dan mendapatkan tambahan penghasilan, pasangan suami istri juga akan mulai membuka diri untuk belajar. Kesadaran ini dilandaskan karena ketika mereka sudah menjadi orangtua, mereka akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anak mereka. Tanpa ilmu dan pengalaman yang bisa diberikan kepada anak, pasangan suami istri tidak akan menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Didikan yang akan diberikan kepada anak pun tergantung dari kesepakatan pasangan suami istri sebelumnya, terlebih bila itu berkaitan dengan didikan tentang moral dan agama.

4. Sebagai ujian dan cobaan

Meski kehadiran anak dalam sebuah rumah tangga menjadi sebuah anugerah, namun hal itu juga menjadi ujian dan cobaan bagi pasangan suami istri. Keharmonisan asmara antara suami dan istri bisa menjadi renggang karena perhatian yang awalnya hanya untuk mereka satu sama lain kini harus dibagikan kepada anak. Bahkan komitmen terhadap pernikahan menjadi taruhan dengan adanya anak.

Tidak hanya itu, pertengkaran demi pertengkaran antara suami istri banyak juga dipicu karena adanya anak, yang kebanyakan karena ketidaksepahaman dalam mendidik. Karena apapun masalah yang terjadi pada anak menjadi tanggungjawab orangtunya. Kalau pasangan suami istri tidak mencoba bersabar ketika menghadapi masalah anak, yang ada hanya saling menyalahkan kepada pasangannya dan berbuntut pertengkaran.

Namun percayalah, tidak ada rumah tangga yang tidak memiliki ujian dan cobaan, kehadiran anak hanyalah salah satunya. Ketika keduanya, suami dan istri, mampu melewati satu demi satu cobaan yang ada, maka rumah tangga mereka akan menjadi rumah tangga yang damai karena selalu diwarnai pengertian dan disandarkan kesabaran bila terjadi masalah. Akan tetapi jangan pernah menganggap anak adalah masalah.

5. Ladang doa dan pahala

Ketika pasangan suami istri mampu bersabar dan pengertian mendidik anak-anak, kelak mereka akan melihat bahwa anak-anak yang mereka sudah didik dan besarkan selama ini layaknya menjadi lading doa dan pahala. Anak-anak yang sholeh dan sholehah tidak hanya menjadi ladang doa dan pahala, tapi juga menjadi pelengkap kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Anak yang baik akan menciptakan prestasi-prestasi luar biasa dan menjadi kebanggaan bagi kedua orangtuanya.

Lebih jelasnya, Rasulullah Saw mengungkapkan dalam salah satu sabdanya bahwa salah satu hal yang tidak akan pernah putus di dunia ini adalah doa anak-anak sholeh kepada kedua orangtuanya. Maka berbahagialah para orangtua yang memiliki anak yang dididik dengan penuh kasih sayang, diajarkan kesabaran, dituntun dengan pengertian, dan diperkuat pengetahuan agamanya.

Menghadirkan anak-anak dalam sebuah rumah tangga memang mudah namun mengemban tanggungjawab sebagai orangtua terhadap kehidupan anak itulah yang cukup berat. Hanya pasangan suami istri yang siap lahir batin yang bisa menghadapi setiap tantangan dengan hadirnya anak di tengah-tengah mereka. Akan tetapi menunda memiliki anak juga bisa berarti menunda kesempatan untuk mengejar ridha Allah Swt, karena anak memang karunia yang diberikan Allah Swt kepada setiap keluarga. Semoga bisa menjadi pelajaran berharga.

No comments:

Post a Comment