Antusias peserta delegasi dan pendukung kegiatan Jambore Konservasi Wakatobi (Jakorwa) 2019 tampak jelas. Tidak kurang dua ratus orang peserta berkumpul memadati lapangan Pos Angkatan Laut pelabuhan Wanci, Kamis (14/03/19) siang. Agenda siang itu adalah untuk mengikuti acara pelepasan peserta yang dilakukan oleh Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi.
Sebelumnya peserta diinformasikan acara pelepasan digelar di lapangan Merdeka Wangi-Wangi, jalan Merdeka. Hingga pukul 10.00 wita, sebagian peserta telah berada di sekitar lokasi. Namun terkendala adanya aksi demonstrasi warga, panitia mengambil inistiatif memindahkan lokasi acara ke lapangan pelabuhan. Aksi demonstrasi itu diadakan di depan kantor Bupati Wakatobi yang kebetulan bersebelahan dengan lapangan Merdeka.
Dengan menempuh jarak 600 meter, seluruh peserta berarakan menuju acara pelepasan dengan mengambil rute menyusuri Pasar Pagi Wangi-Wangi. Saya dan rombongan mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FKIL) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ikut berjalan bersama rombongan lain.
Selain dilakukan pemindahan lokasi, waktu pelaksanaan acara juga ikut diundur hingga pukul 13.00 wita. Menurut laporan wakil ketua panitia, Laode Muhammad Sarfil, pemindahan dan penangguhan pelaksanaan acara selain terkait dengan adanya aksi demonstrasi, juga karena adanya agenda lain dari pemerintah. Selain itu, cuaca yang kurang mendukung membuat sebagian peserta dari luar pulau masih ditunggu kedatangannya.
Jakorwa 2019 merupakan kegiatan pertama yang mengangkat tema konservasi lingkungan. Panitia pelaksana tidak hanya melibatkan relawan dan instransi pemerhati lingkungan maupun komunitas-komunitas terkait, tapi juga mengajak sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Wakatobi. Karena itu, acara pelepasan tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat dan perwakilan SKPD yang diundang.
Dalam acara itu, sambutan pertama dari Bupati Wakatobi diwakili oleh Asisten 1 Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi, H. Kamalu. Lewat sambutannya, Kamalu menyampaikan permohonan maaf Bupati Wakatobi yang belum berkenan hadir. Dia meyakinkan bahwa setiap rangkaian kegiatan ini didukung penuh oleh pemerintah kabupaten Wakatobi.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW), Darman, S.Hut., M.Sc., yang selanjutnya meresmikan pelepasan peserta Jakorwa menuju desa Wisata Kolo, pulau Kapota (Kambode). Darman sendiri berpesan agar momentum Jakorwa perdana ini diharapkan dapat menularkan semangat untuk semakin peduli terhadap lingkungan sekitar.
Acara juga dirangkaikan dengan penyerahan simbolis tiga produk berupa bibit mangrove, plastik nabati (bioplastik), dan botol tumbler. Peserta yang menerima produk itu di antaranya diwakili oleh siswa SMA, Sukarelawan Hijau Baubau (SHB), dan mahasiswa FKIL UHO Kendari. Ketiga produk itu disediakan langsung oleh BTNW.
Ada pesan dari ketiga produk tersebut yang perlu diketahui oleh para peserta. Bibit mangrove yang nantinya akan ditanam di pesisir pantai pulau Kapota bertujuan untuk menjaga pantai dari abrasi dan melindungi biota laut. Plastik nabati yang merupakan plastik dari bahan baku alami dan ramah lingkungan nantinya akan digunakan sebagai plastik sampah untuk kegiatan bersih-bersih pantai. Sementara botol tumbler dimaksudkan mengganti kemasan air minum sekali pakai yang menjadi salah satu sumber utama penghasil sampah plastik di lingkungan.
Usai acara pelepasan rombongan peserta secara bertahap diberangkatkan menuju desa Wisata Kolo, pulau Kapota. Perjalanan menuju lokasi tujuan menggunakan perahu dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Selanjutnya seluruh peserta diarahkan menuju padang sabana yang terletak 800 meter dari pelabuhan desa.
Ada yang menarik saat saya dan rombongan peserta tiba pertama kali di pelabuhan desa. Tidak hanya disuguhkan dengan keindahan tepi pantai dan jernihnya air laut, papan nama desa yang bertuliskan Wisata Kolo dihiasai dengan satu buah patung tiruan. Patung itu menyerupai seekor penyu. Uniknya karena patung itu dibuat dari rangkaian botol kemasan air minum.
Pulau Kapota sendiri dikenal dan telah dijadikan salah satu destinasi utama wisata dalam wilayah Wakatobi. Selain desa Wisata Kolo, pulau Kapota memiliki empat desa lain, yaitu desa Kapota, desa Kapota Utara, desa Kabita, dan desa Kabita Togo. Terletak di bagian barat daya pulau Wangi-Wangi, desa-desa di pulau Kapota hanya dihubungkan satu jalan utama (beraspal) yang terbentang di sepanjang sisi utara pulau.
Dari segi fasilitas masyarakat seperti pipa PDAM dan aliran listrik PLN yang telah tersedia dan membantu menunjang kebutuhan masyarakat, namun kepercayaan terhadap hal-hal mistik di pulau ini juga masih berakar kuat. Jadi para wisatawan yang datang melancong mungkin tidak hanya membawa pulang dokumentasi perjalanan tapi juga cerita-cerita yang dianggap tahayyul tapi sangat dipercaya masyarakat pulau Kapota.
Sesaat sebelum senja hilang di ufuk barat, para peserta telah selesai menggelar tendanya masing-masing. Prosesi pemasangan tenda sempat tertunda karena hujan deras yang berlangsung hampir dua jam, dan seperti yang saya sebutkan di catatan perjalanan saya yang sebelumnya, saya dan rombongan peserta lainnya khawatir kalau cuaca seperti ini akan menghambat kegiatan selama dua hari kedepan.
Berdasarkan laporan ketua panitia Jakorwa 2019, Said Arifin Saputra, bahwa seluruh peserta baru dipastikan hadir malam harinya. Ini disebabkan cuaca sehari sebelumnya yang kurang mendukung dan membuat rombongan dari Tomia dan Binongko harus bertahan untuk tidak melakukan penyeberangan.
“Pokoknya panitia mengupayakan yang terbaik untuk bisa menghadirkan seluruh utusan dan peserta yang telah terdaftar dalam kegiatan ini,” pungkas Said. Said juga menyarankan agar seluruh peserta beristrahat untuk menyiapkan diri pada acara pembukaan dan beberapa kegiatan esok harinya, Jumat (15/03/19).
Sesi foto bersama sebelum pelepasan peserta menuju desa Wisata Kolo, pulau Kapota |
Sebelumnya peserta diinformasikan acara pelepasan digelar di lapangan Merdeka Wangi-Wangi, jalan Merdeka. Hingga pukul 10.00 wita, sebagian peserta telah berada di sekitar lokasi. Namun terkendala adanya aksi demonstrasi warga, panitia mengambil inistiatif memindahkan lokasi acara ke lapangan pelabuhan. Aksi demonstrasi itu diadakan di depan kantor Bupati Wakatobi yang kebetulan bersebelahan dengan lapangan Merdeka.
Dengan menempuh jarak 600 meter, seluruh peserta berarakan menuju acara pelepasan dengan mengambil rute menyusuri Pasar Pagi Wangi-Wangi. Saya dan rombongan mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FKIL) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ikut berjalan bersama rombongan lain.
Selain dilakukan pemindahan lokasi, waktu pelaksanaan acara juga ikut diundur hingga pukul 13.00 wita. Menurut laporan wakil ketua panitia, Laode Muhammad Sarfil, pemindahan dan penangguhan pelaksanaan acara selain terkait dengan adanya aksi demonstrasi, juga karena adanya agenda lain dari pemerintah. Selain itu, cuaca yang kurang mendukung membuat sebagian peserta dari luar pulau masih ditunggu kedatangannya.
Jakorwa 2019 merupakan kegiatan pertama yang mengangkat tema konservasi lingkungan. Panitia pelaksana tidak hanya melibatkan relawan dan instransi pemerhati lingkungan maupun komunitas-komunitas terkait, tapi juga mengajak sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Wakatobi. Karena itu, acara pelepasan tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat dan perwakilan SKPD yang diundang.
Dalam acara itu, sambutan pertama dari Bupati Wakatobi diwakili oleh Asisten 1 Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi, H. Kamalu. Lewat sambutannya, Kamalu menyampaikan permohonan maaf Bupati Wakatobi yang belum berkenan hadir. Dia meyakinkan bahwa setiap rangkaian kegiatan ini didukung penuh oleh pemerintah kabupaten Wakatobi.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW), Darman, S.Hut., M.Sc., yang selanjutnya meresmikan pelepasan peserta Jakorwa menuju desa Wisata Kolo, pulau Kapota (Kambode). Darman sendiri berpesan agar momentum Jakorwa perdana ini diharapkan dapat menularkan semangat untuk semakin peduli terhadap lingkungan sekitar.
Ada pesan dari ketiga produk tersebut yang perlu diketahui oleh para peserta. Bibit mangrove yang nantinya akan ditanam di pesisir pantai pulau Kapota bertujuan untuk menjaga pantai dari abrasi dan melindungi biota laut. Plastik nabati yang merupakan plastik dari bahan baku alami dan ramah lingkungan nantinya akan digunakan sebagai plastik sampah untuk kegiatan bersih-bersih pantai. Sementara botol tumbler dimaksudkan mengganti kemasan air minum sekali pakai yang menjadi salah satu sumber utama penghasil sampah plastik di lingkungan.
Penyerahan simbolis bibit mangrove, bioplatisk, dan botol tumbler dari BTNW ke peserta |
Perjalanan menuju pulau Kapota |
Penyu sebagai ikon desa Wisata Kolo, pulau Kapota |
Dari segi fasilitas masyarakat seperti pipa PDAM dan aliran listrik PLN yang telah tersedia dan membantu menunjang kebutuhan masyarakat, namun kepercayaan terhadap hal-hal mistik di pulau ini juga masih berakar kuat. Jadi para wisatawan yang datang melancong mungkin tidak hanya membawa pulang dokumentasi perjalanan tapi juga cerita-cerita yang dianggap tahayyul tapi sangat dipercaya masyarakat pulau Kapota.
Peta pulau Kapota (Kambode) |
Sesaat sebelum senja hilang di ufuk barat, para peserta telah selesai menggelar tendanya masing-masing. Prosesi pemasangan tenda sempat tertunda karena hujan deras yang berlangsung hampir dua jam, dan seperti yang saya sebutkan di catatan perjalanan saya yang sebelumnya, saya dan rombongan peserta lainnya khawatir kalau cuaca seperti ini akan menghambat kegiatan selama dua hari kedepan.
Berdasarkan laporan ketua panitia Jakorwa 2019, Said Arifin Saputra, bahwa seluruh peserta baru dipastikan hadir malam harinya. Ini disebabkan cuaca sehari sebelumnya yang kurang mendukung dan membuat rombongan dari Tomia dan Binongko harus bertahan untuk tidak melakukan penyeberangan.
“Pokoknya panitia mengupayakan yang terbaik untuk bisa menghadirkan seluruh utusan dan peserta yang telah terdaftar dalam kegiatan ini,” pungkas Said. Said juga menyarankan agar seluruh peserta beristrahat untuk menyiapkan diri pada acara pembukaan dan beberapa kegiatan esok harinya, Jumat (15/03/19).