Hubungan pacaran harusnya berlandaskan kasih sayang dan saling mengerti satu sama lain. Tanpa harus mengaitkan dengan aturan agama atau suatu budaya, hubungan pacaran mestinya dapat saling mendewasakan antar pasangan, bukan justru mengekang, mengintimidasi, atau menyiksa.
Namun, bila pacaran sudah menjadi tempat
penyiksaan batin hingga menyisakan trauma, sebaiknya tinggalkan hubungan itu. Seperti
kisah salah satu teman baik saya, seorang perempuan usia 23 tahun.
Sebelumnya dia pernah menjalani hubungan
pacaran selama hampir tiga tahun, dari tahun 2015 hingga pertengahan tahun 2018.
Hubungan yang awalnya indah dan romantis, belakangan justru menjelma siksaan,
yang tidak hanya secara psikis tapi juga fisik.
Salah satu hal yang diakuinya sempat
membuat dia trauma dengan hubungan pacaran adalah aturan serupa undang-undang
yang harus dia patuhi dan jalani. Aturan itu menurut dia tidak masuk akal,
selain karena isinya yang sedikit memaksa, juga karena itu hanya berlaku untuk
dirinya.
Aturan itu bahkan dibuat secara
tertulis. Bilamana aturan itu dilanggar, maka tidak hanya bentakan dan cacian
yang diterima, tapi juga kekerasan fisik. Sayangnya, perempuan itu baru
menyadari temperamental pacarnya agak kasar setelah menjalani pacaran selama
satu tahun.
Hal ini membuat dia trauma untuk bertemu
dengan mantan pacarnya, termasuk mengunjungi tempat-tempat kencannya dulu. Yang
parahnya juga adalah karena beberapa ponsel pemberian orangtuanya malah harus musnah
di tangan mantan pacarnya, hanya karena tidak sengaja melanggar satu hal dalam
aturan itu. Terhitung ada lima ponsel yang harus dia relakan hancur dibanting
oleh si lelaki.
Untuk memastikan aturan itu baik atau
tidak, saya menawarkan ke pembaca untuk membaca dan menilainya sendiri...
— ○ — ○ — ○ —
A. Masalah Dari Luar
- Perbaiki cara komunikasi. Bertanya seperlunya, menjawab secukupnya.
- Kalau dipancing angkat pembahasan yang berlebihan lebih dari tiga kali berturut-turut, jangan layani. Karena kamu bukan pelayan yang harus buat hatinya senang, dan itu bukan lagi bercanda yang sewajarnya, tapi SUDAH ADA TUJUANNYA.
- Temanku itu temanmu. Kamu harus tahu dengan siapa saya berteman, begitupun sebaliknya.
- Saat berteman, jangan terlalu berlebihan perhatian. Sadar diri, kamu punya dunia, dia juga punya dunianya sendiri yang harus dia hargai. Apalagi untuk temanmu yang punya pasangan. Kamu tidak tahu di balik itu ada yang sakit hati. Kamu juga tidak suka yang namanya sakit hati toh? AKHIRNYA RUSAK LAGI PERTEMANAN, WALAUPUN RUSAK TIPIS-TIPIS.
- Curhat bukan berarti harus curhat dan terbuka sama orang yang punya niat menghambat langkah kita, bahkan hancurkan pelan-pelan. IYA. BENAR! Kadangkala nasehatnya enak didengar, bahasanya PAS kena di hati, tapi jangan baper... SADAR! LIHAT, ITU PERKUAT ATAU MALAH MENGHANCURKAN? Pilihan ada sama kamu. Mau berdiri bertahan DENGAN TEMAN CURHAT YANG TEGAR, atau mau lari dan bersenang-senang dengan pecundang yang belum tentu bertahan sama kamu. KARENA DARI AWALNYA LARI DARI SUSAH DASARNYA TAKUT SUSAH. AKHIRANNYA APA???
- Jaga nama baik hubunganmu. Mereka tidak boleh sedikitpun campur tangan, apalagi mengatur hubunganmu. Tidak seenaknya mereka bisa atur keputusan dalam hubunganmu. Kamu yang capek cari uang beli makanan, orang lain yang atur-atur cara makanmu.
- Walaupun lagi sakit di dalam hati, usahakan sama-sama tertawa di depan mereka.
- Kalau lagi stres, bolehlah bersenang-senang, tapi terlalu banyak senang, biasa sisa sejengkal jarakmu dengan PENDERITAAN.
B. Masalah Di Dalam
1. Kalau ribut
- Di telepon: cekcok paling lama 2 menit. Hilangkan basaha yang buat makin bertambah ribut. Kalau sudah ada kata diam, WAJIB DIAM. INGAT! “DIAM” ITU KODE KERAS!
- Di SMS: cekcok paling lama 10 menit. Jangan pancing bahasa yang buat tambah ribut. Yang mau minta maaf duluan, lampirkan kalimat, “Jangan marah-marah lagi, saya sayang kamu”. YANG TERLAMBAT MINTA MAAF, YAH, COBA LAGI.
2. Di tempat umum
Jangan bersuara besar! Menantang! Hargai lingkungan sekitar, jangan sampai terganggu dengan cara marah yang bahkan jadi bahan tertawa orang. USAHAKAN MEREKA TIDAK TAHU KALAU KAMU SEDANG MARAH. DILARANG MARAH DALAM KEADAAN BERDIRI! USAHAKAN MARAH DALAM DUDUK BERDEKATAN, SUPAYA KALAU MARAH TIDAK BUTUHKAN SUARA KERAS. DUDUK RAPAT! INGAT, DIAM... HARUS DIAM. KATA “DIAM”, KODE KERAS. KATA DIAM DIPAKAI HANYA 1 KALI PERINGATAN.
— ○ — ○ — ○ —
Nah, bagaimana pembaca? Apakah aturan di atas
masuk akal atau justru wajar-wajar saja? Kalau kamu atau saudara perempuanmu
punya pacar seperti itu, apa yang akan kamu sarankan? Sampaikan di kolom
komentar...