Ada beberapa jenis antiseptik yang sering digunakan di masyarakat. Sesuai dengan namanya, antiseptik berfungsi menghambat atau menghilangkan pertumbuhan mikroorganisme seperti kuman dan bakteri pada suatu jaringan hidup. Secara tidak langsung, antiseptik juga dapat mengurangi keparahan luka akibat infeksi mikroorganisme tersebut.
Selain antiseptik, dikenal juga bahan desinfektan yang berfungsi untuk membunuh kuman yang berkembang biak pada benda mati, dan antibiotik yang merupakan golongan obat yang melawan kuman di dalam tubuh.
Untuk lebih mengetahui apa saja bahan yang disebut sebagai antiseptik, berikut beberapa contoh antiseptik yang sering digunakan:
1. Rivanol
Rivanol |
Rivanol sering digunakan untuk membersihkan luka. Berupa zat kimia (etakridinlaktat) yang mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan kuman). Biasa lebih efektif pada kuman gram positif daripada gram negatif. Menimbulkan iritasi dibandingkan dengan povidon iodin. Rivanol lebih bagus untuk mengompres luka atau mengompres bisul, sedangkan povidon iodin lebih bagus untuk mencegah infeksi.
Serbuk rivanol berwarna kuning dengan konsentrasi sekitar 0,1% berperan dalam membunuh bakteri, namun tidak dapat digunakan untuk mengatasi kuman jenis tuberkolusis. Dengan demikian tidak efektif untuk mengatasi infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman tuberkolusis.
Rivanol juga tidak dapat digunakan untuk mengatasi virus. Kegunaan antiseptik itu untuk membersihkan luka borok dan bernanah. Salah satu penggunaannya adalah untuk melakukan rendam duduk pada penderita bisul yang berada di dekat anus.
Rivanol digunakan bila luka tidak terlalu kotor, dengan menggunakan kassa tutup luka tersebut. Jika luka sangat kotor, sebaiknya bersihkan dulu dengan air mengalir, dan pemilihan penggunaan antiseptik adalah dengan povidon iodin.
2. Alkohol
Alkohol 70% |
Jenis antiseptik yang cukup potensial. Bekerja dengan cara menggumpalkan protein, struktur penting sel yang ada pada kuman, sehingga kuman mati. Kulit manusia biasanya tidak terpengaruh alkohol, sehingga kulit tidak mengalami penggumpalan protein. Keuntungan lain alkohol adalah kemampuannya mematikan kuman dengan cara meracuni, bukan melarutkan, sehingga relatif aman untuk kulit.
Tidak semua kuman mati dengan pemberian alkohol, namun alkohol dapat menghambat pertumbuhan kuman. Alkohol menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan banyak mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, virus, dan protozoa.
Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat tersebut pada kulit yang terkelupas dapat menimbulkan rasa terbakar, jadi sebaiknya dihindari. Alkohol yang digunakan adalah jenis etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan konsentrasi optimal 70%. Jangan salah menggunakan jenis metil alkohol atau metanol (CH3OH). Metanil biasa digunakan dalam industri dan tidak digunakan sebagai antiseptik, karena dosis rendahnya saja dapat mengakibatkan masalah penglihatan dan gangguan saraf.
3. Povidon Iodin
Betadine (povidon iodin) |
Antiseptik yang dikenal dengan iodophore, biasanya orang mengenalnya sebagai betadine. Zat kimia itu bekerja secara perlahan mengeluarkan iodine, antiseptik yang dapat berperan dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, atau spora bakteri. Terdapat berbagai bentuk sediaan betadine.
Betadine yang dicampur dengan larutan alkohol, biasanya digunakan untuk pembersih kulit sebelum operasi. Pada kondisi terdapat darah atau nanah, dan jaringan yang mati, betadine masih memiliki efek jika warnanya masih tampak. Sehingga jika diberi betadine, dan masih bernanah, artinya pembersihan luka menggunakan betadine harus diulang.
Betadine jangan digunakan jika terbukti alergi yodium. Tanda alergi di antaranya kulit menjadi merah, bengkak, atau terasa gatal. Penggunaan yang sering dan terus-menerus harus dihindari jika pada saat yang bersamaan penderita juga mengkonsumsi obat lithium (biasanya mereka yang mengalami gangguan jiwa).
Seseorang yang bermasalah dengan kelenjar tiroid dan sedang pemeriksaan kadar yodium dalam tubuh, sebaiknya hindari penggunaan betadine. Yodium yang terserap, kemungkinan dapat mengaburkan kadar pasti yodium di dalam tubuh. Padahal kadar tersebut diperlukan untuk menentukan terapi yang diberikan. Antiseptik jenis ini memiliki keunggulan dengan antiseptik jenis lain, karena jenis kuman yang dapat diatasi variasinya lebih banyak.
4. Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida |
Digunakan dalam kadar 6% untuk membersihkan luka. Dalam kadar 1-2% biasanya digunakan untuk keperluan membersihkan luka yang sering terjadi di rumah. Misalnya terkena pisau, atau luka lainnya.
Efek samping penggunaan hidrogen peroksida, dapat menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Selain itu bisa memperpanjang masa penyembuhan. Biasanya digunakan untuk mengatasi jenis kuman anaerob atau yang tidak membutuhkan oksigen. Hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun untuk menghindari paparan berlebihan pada jaringan manusia.
5. Antiseptik yang mengandung merkuri
Pemakaian obat merah (mercurochrome) pada luka |
Contohnya seperti sublimat dan merkurokrom (obat merah). Sublimat berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, selain itu juga berguna untuk mencuci luka. Senyawa itu merangsang kulit dan sering menimbulkan alergi. Karena mengandung merkuri, baiknya hindari penggunaan obat tersebut. Karena merkuri diyakini dapat mengakibatkan berbagai jenis efek samping yang serius.
Merkurokrom (obat merah) dahulu sering digunakan, karena dapat mempercepat keringnya luka. Di luar negeri obat merah sudah dilarang karena mengandung merkuri dan berbahaya untuk tubuh. Hal tersebut yang harus diperhatikan. Jika masih ada yang menggunakan obat itu sebaiknya dihentikan. Manfaatnya dalam menghambat perkembangan bakteri juga lemah.
No comments:
Post a Comment