November 19, 2014

Makna Lebaran Bagi Kaum Muslimin

Kata lebaran sangat tidak asing lagi bagi kita, umat Islam. Lebaran yang dikenal juga dengan nama Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal tahun Hijriah, dirayakan usai menjalankan ibadah puasa selama sebulan, yaitu bulan Ramadhan.


Belum diketahui secara pasti asal muasal atau etimologi dari kata Lebaran ini. Historis penggunaan kata lebaran yang menunjukkan hari raya umat Islam ini masih simpang siur, karena belum ada kepastian dari para ahli bahasa. Selama ini, jawaban dan pejelasan yang ada mengenai asal usal kata yang sangat akrab di telinga ini cenderung spekulatif, tidak didasarkan pada referensi yang jelas, dan terlalu banyak versi, sehingga belum ada kepastian yang jelas.


Beberapa redaksi mengakui lebaran berasal dari bahasa Jawa Ngoko (sehari-hari), yaitu ‘Wes Bubar’ yang berarti ‘telah menyelesaikan ibadah puasa’. Memang klaim istilah ini sinkron dan logis, sayangnya adapula klaim dari orang-orang Sumatera Utara bahwa kata lebaran itu berasal dari bahasa mereka. Adanya klaim seperti ini justru tidak ditengahi oleh pakar bahasa Indonesia, karena mereka hanya mencantumkan arti kata lebaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanpa menandai asal kata itu.

Lain lagi dengan orang Betawi, yang dalam tradisi perayaan Idul Fitri penggunaan kata lebaran lebih sering mereka gunakan daripada orang Jawa. Mereka berpendapat lebaran berasal dari kata dasar ‘lebar’ yang secara luas berarti gambaran keluasan dan kelegaan hati setelah melaksanakan ibadah puasa, serta kegembiraan menyambut hari kemenangan dan bersilaturahmi dengan karib kerabat.

Memang dalam mencari asul usul kata lebaran yang sebenarnya memang akan membuat kita semakin bingung. Namun biarlah itu jadi urusan para ahli linguistik (bahasa) dan kantor Pusat Bahasa. Perlu ada penelitian ilmiah lebih mendalam untuk mengungkap asal-usul kata lebaran. Buat kita yang terpenting lebaran adalah hari untuk berbahagia dan bersukaria, hari pembebasan dari segala macam dosa dan nafsu duniawi selama berpuasa.

Kebahagiaan merayakan idul fitri ini mesti perlu kesadaran dan penuh dengan penghayatan. Perayaan ini bukan sekedar sebuah tradisi yang dilakukan oleh muslim di seluruh Indonesia maupun di seluruh dunia. Perayaan lebaran atau idul fitri ini memiliki makna peraihan kemenangan setelah berjuang selama sebulan penuh melawan hawa nafsu.

Jadi makna perayaan lebaran ini lebih tepat ditujukan bagi mereka yang benar-benar telah berjuang penuh, berpuasa dengan khusyuk selama bulan Ramadhan. Selain berpuasa, mereka juga tidak lepas dari mengerjakan berbagai amalan Ramadhan, seperti tadarrus al Qur’an, sholat lail, I’tikaf, mengeluarkan zakat dan lain-lain. Karena mereka sadari bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang menjadi kesempatan untuk melebur segala dosa dan meraih pahala yang sebanyak-banyaknya.

Sayangnya, masih begitu banyak orang-orang yang mengaku berislam dan turut merayakan Lebaran, tetapi lupa dengan makna Lebaran itu sendiri sebagai hari raya kemenangan. Apa pasal? Mereka melewatkan bulan Ramadhan tanpa ada amalan yang berarti bahkan tidak berpuasa sama sekali. Justru mereka lebih mengutamakan memakai riasan dan pakaian yang berlebih, seakan memamerkan kepada orang-orang dengan apa yang dikenakannya. Lantas pantaskah orang-orang seperti ini berhak merasakan nikmatnya hari kemenangan?

Bila kita merunut pada kalimat yang sering kita ucapkan saat bersalaman pada hari Lebaran, yaitu “Minal Aidin Wal Fa’izin”, sebenarnya menunjukkan makna dari perayaan lebaran itu sendiri. Kalimat itu sendiri sebenarnya potongan dari doa:

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Artinya: Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita semua.


Dengan begitu kita bisa menilai, perayaan Lebaran ini berhak untuk dirayakan oleh siapa saja namun yang akan benar-benar menikmati dan mendapatkan fitrah (kesucian) dari Allah hanya mereka yang berjuang selama bulan Ramadhan itu. Wallahu a’lam bi showab!

No comments:

Post a Comment